Trigonal Translator ~ Penerjemah Inggris-Indonesia Profesional

07 September 2010

Filled Under:

Sifat Tercela: Keluh Kesah

Mengharap-harapkan mati merupakan salah satu bentuk keluhan yang jarang dialami manusia. Keluhan ini sebagai gambaran isi hati yang dirundung derita yang tak kunjung sirna.
Keluh kesah dalam jiwa manusia adalah hal yang wajar. Sifat ini mempunyai kehendak yang dimotori oleh setan.
Sifat keluh kesah ini sama sekali tidak boleh dituruti kehendaknya. Ia akan senantiasa menggambarkan ketidakberdayaan dalam mengarungi kehidupan , jauh dari nilai-nilai kesabaran dan kepribadian yang qana’ah. Jika diikuti kemauannya maka stress dan putus asa akan selalu menghantuinya.
Allah SWT. menegaskan sifat negatif ini dalam firman-Nya:



Artinya: Sesungguhynya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan (keuntungan) ia amat kikir. (QS. Al-Ma’aarij:19-21)

Indikasi mendasar di antara isyarat firman Allah di atas, hendaknya manusia menyadari diri bukan menyesali dan menghinakan diri. Apabila kelih kesah ini hanya biasa-biasa saja akibat banyaknya penderitaan atau apa saja yang mengakibatkan mengeluh, tidak berlebihan tentunya hal ini wajar-wajar saja.
Pada dasarnya setiap penyakit ada penawarnya, hal ini terungkap dalam shahih Muslim “Bagi setiap penyakit itu ada obatnya”, termasuk juga penyakit keluh kesah.
Berikut ini antara lain terapi untuk mengantisipasi keluh kesah yang melebihi kadarbatasnya, yaitu:
1. Sabar dan Sadar
Salah satu pengertian sabar adalah menerima cobaan yang datang dari Allah SWT, kemudian diiringi dengan keikhlasan dan ketabahan serta usaha yang maksimal. Ketiga istilah ini merupakan komponen dari kesabaran.
Sementara sadar artinya memahami dan menghayati terhadap kondisi yang dialami. Memahami bahwa berkeluh kesah hanya pelampiasan yang tidak karuan. Menghayati bahwa apa yang sedang dirasakan adalah kifarat penebus segala kesalahan dan dosa yang pernah diperbuat.
Kesadaran ini pun dapat memberikan pengaruh yang kuat bagi jiwa yang sedang dicoba, kontrol terhadap sesuatu yang mengganggunya. Akhirnya kesabaran yag didukung penuh oleh kesadaran ini mampu membentengi keluh kesah yang tidak berarti sama sekali.
Secara sadar, bahwa segala apa yang Allah tyimpakan kepada hamba-Nya yang berupa musibah, pasti di dalamnya terkandung nilai-nilai kebaikan dan pahala dari-Nya sebagaimana tergambar dalam hadits: “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik maka diberinya cobaan”.
2. Istiqomah dan Optimisme
Istiqamah dapat menjaga eksistensi keberlangsungan iman dan Islam seorang mukmin, tidak akan surut diterjang maut sekalipun. Ia senantiasa berpegang teguh dengan aqidahnya sebagai wujud bahwa dirinya memenuhi janji dan syahadat yang diikrarkannya.
Apabila istiqamah dan optimisme ini mampu membeku dalam qalbu, terpatri dalam hati, maka konsekuensinya rasa ridha syukur dan ketenangan akan terlahir darinya.
Lebih jauh lagi malaikat akan turun menemui jiwa yang istiqamah dan optimisme.
3. Shalat dan Doa
Shalat, di samping sarana yang menghubungkan langsung antara hamba dengan Khaliqnya, juga sebagai penolong dan alat kontrol. Dan ini hanya dapat dirakan oleh mereka yang shalatnya sejalan dengan anjuran dan ukuran Rasulullah SAW serta dibarengi keikhlasan dan kekhusyuan yang mantap.
Adapun doa merupakan isyarat permohonan seorang hamba kepada Rab-nya atas segala yang ditimpakan-Nya

0 comments:

Posting Komentar

Please don't spam here. Happy comments :D

Copyright @ 2013 Islam at Trigonal.