Satu sisi manusia adalah mahluk yang dilebihkan dan dimuliakan oleh Allah SWT, namun di sisi lain manusia sendirilah yang menjatuhkan dirinya dalam jurang kehinaan, yaitu dengan mengikuti nafsunya.
Kecenderungan berbuat maksiat sudah tertanam dalam jiwa manusia sejak dilahirkan ke alam dunia ini.
Berbuat kerusakan merupakan kebiasaan bagi pengikut sifat negatif ini, dan nilai-nilai amal shaleh sama sekali jauh darinya.
Artinya: Patutkah kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? patutkah (pula) kami menganggap orang- orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma'siat? (QS. Shaad: 28)
Tiga golongan ahli neraka
Untuk mengetahui mengapa kecenderungan berbuat maksiat ini begitu kuat dalam jiwa manusia.
a. Hati yang keras
Kerasnya hati melebihi kerasnya batu, demikian ayat 7 surat Al-Baqarah menjelaskan. Karena merasnya hati inilah seluruh nasehat, ajakan dan peringatan yang bersumber dari Allah SWT dan Rasul-Nya tidak akan pernah mebekas dalam pola kehidupannya.
Artinya: Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang Telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata. QS. Az-Zumar: 22
Secara sadar, pada hakikatnya fatwa ceramah atau pengajian adalah ibarat cambuk yang dapat mencambuk hati kita ketika lali dan secara fungsional akan menyebabkan seseorang selalu memiliki self-control. Namun apalah artinya semua itu bila hati keras membantu, berlumuran dosa dan kemaksiatan.
Berbeda halnya dengan yang mempunyai kesadaran tinggi dan benar-benar dalam keadaan lapang serta terlepas dan bayang-bayang inklinasi duniawim maka nasihat akan menjadi panah hatinya sehingga meneteskan air mata dan pengajian akan menjadi penguji diri sampai mana berbakti kepada yang Mahasuci.
b. Kaku tabi’at atau karakter buruk
Orang yang kaku tabi’atnya adalah orang yang rakus dan kikir dengan kebaikan. Sebab inilah seseorang sulit terbuka hatinya untuk menerima seruan surga dan sangat mudah menerima seruan neraka. Akhirnya semakin jauhlah hubungan dengan Tuhannya.
Lebih jauh lagi, karakter ini bukannya memikirkan nikmat dan karunia Allah, akan tetapi, semakin gelaplah pikirannya untuk merenungkan nikmat dan karunia Allah. Padahal, dengan memikirkan dan merenungkan nikmat dan karunia Allah itu, hati akan bergerak hidup.
c. Kesombongan
Seorang yang memiliki kesombongan akan senantiasa merasa besar dirinya di hadapan Allah SWT. Padahal Allah sangat membenci sifat sombong ini walaupun hanya seberat dzarah (debu).
Merasa paling benar dan sulit menerima pendapat orang lain, ini pun merupakan ‘anak-anaknya’ kesombongan.
Singkatnya, ketiga sifat tercela inilah yang menguatkan dan membangkitkan manusia agar senantiasa berbuat maksiat. Alangkah berat dan besarnya akibat mengikuti sifat negatif ini. Sehingga Rasulullah SAW tak segan-segannya mengkategorikan mereka sebagai ahli neraka.
Seorang penyair berungkap: “Jika engkau sendirian dengan kebimbangan dalam gelap, sedangkan hawa nafsumu mengajak bertaubat maksiat, hendaklah engkau merasa malu dari pandangan Rabbmu, dan katakan kepada hawa nafsumu: “Sesungguhnya Szat Yang Menciptakan gelap kii melihatku”
0 comments:
Posting Komentar
Please don't spam here. Happy comments :D